Header Ads

Header ADS

Hikayat Anjing

Selamat bercentil genit, tuan puan.
Oleh: Tuan Andanu

*
Salahnya hanya sedikit. Saat itu, ia terlalu enggan untuk menurunkan tarikan gas motornya. Padahal akibatnya tidak menabrak apalagi tabrakan. Tapi reranting pohon yang menari-nari agak ke jalan itu, dilabraknya dengan cepat. Sial! tepat pada matanya ujung ranting penari menusuk. Darah mengucur. Suara berlompatan dari tenggorokannya, "Anjing!!!"

*
Seorang penjahit tradisional lupa menyimpan jarumnya di mana. Saat letih mencari, ia pasrah dan menyerah. Di kursi kerja, berlekas dirinya duduk. Dan, jleb! Pantatnya menduduki jarum. "Anjing!!!"

*
Baru saja seorang pak tua jatuh dari pohon kelapa. Selain suara "bug" saat tubuhnya jatuh, ia tidak lagi bersuara.

Sementara di bawahnya, seorang penembak burung seketika berlari. Ia tidak berani mendekati pak tua jatuh. Ia terus berlari dengan pikiran kalut. Oh tidak, bagaimana bisa burungnya terbang, dan pak tua yang malah tumbang. Dia salah bidik. "Anjing!!!"

*
Bung Anpung beda lagi. Saat motornya melaju di jalan samping sawah, sekira  sore jelang maghrib, rayap jenis laron menubruk mata dan telinga, entah menubruk atau ditubruk. Yang pasti, hewan penjulur lidah kembali jadi tersangka. "Anjing!!!"

Laron pun beterbangan sambil tertawa riang. "Makan loe Anjing!!!"

*
Pada hari selasa di awal oktober tahun 2045, anjing terus menggonggong meneriaki maling yang tengah mendobrak kaca rumah. Bapak peronda segera sigap menyantroni.

"Maliiiing..."

Selain petugas ronda, Anjing pun mengejarnya. Bahkan lebih cepat. Alhasil, si Maling ketangkap dalam pelariannya. Naas benar itu si Naasun Nasnas.

Sejak saat itu, si maling mendengungkan dongkolannya di sisa suara yang sekarat oleh hantaman tukang ronda dan warga.

"Anjing!!!"

Sejak saat itu, nama "Anjing" berdefinisi anyar. Anjing adalah ungkapan dongkol disebabkan niyat jahat tukang maling yang terbongkar.

*
Semakin banyak tukang maling, semakin banyak pula anjing pengintai. Acap kali kasus terbongkar, anjing selalu jadi biang.

*
Padahal, seanjing-anjingnya Anjing, mereka tidak pernah meneriaki, "Anjing... Anjing... Anjing!"

Jadi, siapa yang mula-mula menamai ia hewan bernama Anjing? Manusia!

Sementara di kamus para penjulur lidah, mereka mendefinisikan manusia dengan nama yang paling senang mereka menyebutnya, yaitu Anjing. Di kamus itu jelas lagi tertulis, manusia; adalah Anjing.

Lebih lanjut, di kamus itu tertulis, Anjing punya kandang kumuh di pinggiran kota, memiliki kandang mewah di pusat kota, memiliki lokalisasi di kandang penjara, dan memiliki kandang termegah bak istana negara; Anjing pesilat lidah, penjilat tulang, penjilat daging, sampai penjilat sumsum sesamanya.

Lebih lanjut, hewan penjulur lidah ini menyebut bahwa Anjing berakal selalu saling menganjingkan sesama yang berakal dari jenisnya sendiri. Iya, kan?

*
Lantas, kita ambil simpulan tengahnya saja. Katakanlah, bahwa manusia dalam bentuk anjing masih dan akan selalu lebih agung daripada anjing dalam wujud manusia.
Semisal contoh, ialah kisah yang kami belum tahu dari mana riwayatnya. Yakni kisah seorang pelacur yang berhasil merayu restu Tuhan untuk memasukannya ke syurga. Di kisah itu, sang pelacur memilih memberikan sisa air yang dimilikinya pada Anjing padang pasir yang hampir mati kehausan. "Maa Syaa Allah, Anjing. Melalui juluran lidahmu, seorang manusia pendosa dapat terampuni maradosanya. Melalui lidahmu juga, ampunan Tuhan membuahkan pintu syurga."

"Anjing... Ouh.. Anjing..."

*
Maka, bila berangkat dari dialek kebiasaan, lebih tepat manakah untuk dipanggil anjing; antara hewan penjulur lidah dengan manusia pesilat berlidah? Antara manusia yang berperan mengantar anjing ke ruang (semoga) perdamaian, dengan anjing yang mengantar manusia ke tempat ternikmat?

Klik ahirnya, bila hewan penjulur lidah tidak pernah meneriakkan kata Anjing, dan sementara manusia begitu sering menggonggongkan kata Anjing, nah, menurut logika terlogis, yang manakah lebih layak bersandang nama Anjing?

Menurut kajian sososiologian, banyak sebutan nama atas sesuatu, diantaranya disandarkan pada suaranya, dan atau keseringan melafalkan suara tertentu. Ada embe contohnya,  atau semut sebagai contoh lainnya.

Catatan:
# Semut: Tidak bersuara; diam; B. Arabnya: Assumtu; berubah sedikit, dari assumtu jadilah semut.
# Anjing selalu dihina karena gonggongan dan juluran lidahnya; manusia selalu menghina karena senang menggonggong dan bersilat lidah. Lebih anjing dari anjing kan?

Mungkin kamus bikinan hewan penjulur itu banyak benarnya. Manusia adalah Anjing yang saenyana. 🌹☕🌹

Dan lalu, kenapa anjing lidahnya selalu menjulur? menurut Tuan Andanu, Itu dikarenakan bangsa anjing tidak pernah memiliki sang penyambung lidah anjing. Lantas, kenapa manusia tidak menjulurkan lidahnya?

"Besar dimungkinkan alasannya disebabkan bahwa manusia sudah memiliki penyambung lidah rakyatnya." Jawab Tuan Andanu lagi.

Tuan Andanu lebih merinci lagi jawabannya.

"...Saya berdiri di sini sebagai penyambung lidah rakyat!" Teriak Bung Karno dalam salahsebuah bahana orasinya.

"Lho, bukannya bung Karno sudah tiada?"

Itulah jawabannya. Kini kita dapat faham kenapa hari ini, bangsa kita kembali banyak yang menjulurkan lidahnya.

"Karena kita kehilangan generasi penyambung lidah rakyat?!"

Klik.

Jika begitu, maka pada definisi paling dalam, baik anjing atau pun manusia, sesungguhnya mengandung kesamaan secara definitif; etimologik dan terminologik. "Gauk.. gauk.. gauk! Anjing! Gauk-gauk-gauk-Anjing!" Teriak manusia.

Tuan Andanu, 25/11/2018
Ditulis di sisa gonggongan manusia; Sanggar pembebasan, Kab. Tasikmalaya.

1 comment:

  1. Mantap👍! Kunjungi juga web kami tuan😁
    https://www.wartamilenial.web.id/

    ReplyDelete

Powered by Blogger.